kumpulblogger network

Tuesday, March 2, 2010

kecanduan sex

INILAH.COM, Chicago
Heboh skandal seks
atlet golf Tiger Woods
kembali memicu isu
tentang candu seks. Di tengah
menjamurnya penyakit ini,
apakah Anda termasuk salah
satunya?
Sebuah penelitian terbaru di
American Psychiatric
Association's Diagnostic and
Statistical Manual of Mental
Disorders menunjukkan,
kecanduan seks makin banyak
terjadi dan merambah ke
berbagai lapisan masyarakat. Hal
ini terbukti dari maraknya
perselingkuhan atau skandal
seks yang menimpa sejumlah
selebiritis, kalangan yang mulai
ketagihan berkegiatan seputar
seks.
Sebut saja penyanyi jazz Eric
Bennet yang ditinggalkan sang
istri, yang juga aktris seksi Halle
Berry. Kemudian mantan suami
Angelina Jolie, aktor Billy Bob
Thornton. Aktor gaek Michael
Douglas juga kini tak berani
macam-macam karena di depan
sang istri, aktris Catherine Zeta-
Jones, Ia telah menandatangani
kontrak yang mewajibkannya
membayar US$5 juta jika
ketahuan selingkuh.
Sedangkan aktor The X-Files
David Duchovny pada 2008
silam sempat mengaku bahwa
pernikahannya dengan aktris
Tea Leoni goyah, karena dirinya
kecanduan seks. Ironisnya
pengakuan itu dibuat, ketika
Duchovny baru saja
merampungkan film bertajuk
Californication, di mana ia
memerankan seorang pecandu
seks.
Tak hanya dari kalangan politik,
PM Italia Silvio Berlusconi juga
diduga mengidap kecanduan
seksual karena kegemarannya
akan perempuan yang berujung
pada perceraian dengan sang
istri, tahun lalu.
Dokter Ahli dari Universtitas
Totonto, Ken Zucker mengatakan,
kecanduan seks erat kaitannya
dengan gangguan psikologis
pengidapnya. Faktor
penyebabnya pun beragam,
seperti halnya pengidap
gangguan mental yang sering
berurusan dengan psikiater.
"Kecanduan seks atau
hypersexsuality ini merupakan
kelainan psikologis, ujar Zucker
awal pekan ini.
Namun sayang, imbuhnya,
belum banyak pengakuan
mengenai hal-hal kontroversial
yang berhubungan dengan seks.
Padahal, setiap manusia,
termasuk Tiger Woods, memiliki
gejala klinis untuk masuk dalam
kategori hiperseksualitas. "Setiap
orang punya pendapat berbeda
soal seks. Inilah yang
membentuk batas garis isu naik-
turun, tergantung dari mana
Anda menarik garis, lanjutnya.
Adapun Craig Fabrikant
menentang diagnosis kelompok
Zucker. Psikolog dari Universitas
Medical Center Hackensack, New
Jersey ini menilai, seks bukan
suatu kecanduan yang memiliki
dampak kimia langsung pada
otak. "Diagnosis kecanduan
seksual menggambarkannya
sebagai suatu kebiasaan atau
keharusan, mirip dengan
perjudian tak terkendali, ulasnya.
Menurut Fabrikant, studi kasus
cenderung menitikberatkan pola
perilaku yang mendeskripsikan
sifat obsesif-kompulsif. Jika
seseorang yang gemar
berpetualang seks lantas dirawat
layaknya pecandu obat-obatan,
akan sangat sulit. Diagnosis
kecanduan seks berarti
memerlukan pula obat penenang
untuk menangkal kecemasan
pasien. "Padahal yang perlu
ditelaah adalah teknik terapi
guna menangani dorongan
tersebut (seks), tuturnya.
Banyak orang yang cenderung
menganggap kecanduan seks
tak benar-benar ada. Meski
begitu, beberapa bertanya-
tanya, apakah mereka salah
satunya? Pakar seks AS Dr Peter
Carnes dalam bukunya yang
bertajuk Out of the Shadows:
Understanding Sexual Addiction
menuturkan, ada beberapa
gejala kecanduan seks yang
perlu diperhatikan setiap orang.
Di antaranya, perasaan tak bisa
mengendalikan perilaku seksual,
mengetahui ada konsekuensi
jika tetap meneruskan, ingin dan
berusaha menghentikan tapi
merasa tak bisa meski tahu
konsekuensi tersebut. Kemudian
merasa memerlukan seks terus
menerus dalam intensitas yang
sama, menghabiskan banyak
waktu untuk merencanakan,
melakukan, dan memulihkan diri
dari seks, serta meninggalkan
sejumlah hal penting dalam
hidup Anda demi seks.
Ahli terapi seksual asal Inggris,
Paula Hall, menyetujui ciri-ciri
yang diungkapkan Carnes. Hall
sendiri merawat 70 penderita
kecanduan seks setiap tahunnya.
Mayoritas pasiennya adalah pria
heteroseksua. Tak banyak
penderita perempuan atau dari
kaum gay.
Hall mengatakan, yang perlu
diingat bukan gairah seksual
yang tinggi atau sebuah
aktivitas seks tertentu.
"Melainkan hubungan setiap
individu dengan seks itu sendiri,
tegasnya.
Menurutnya, jika seks digunakan
secara konsisten sebagai cara
mengubah satu mood tertentu
menjadi mekanisme utama untuk
bertahan dari kesulitan hidup, ini
baru masalah. Memang, selama
tidak melanggar hukum serta
tidak membahayakan kesehatan,
seks tak menjadi masalah.
Bahkan, banyak orang yang
mencari kenyaman dengan
melakukan hubungan intim.
"Masalah timbul ketika Anda
menjadikannya satu-satunya
sumber kenyamanan dan mulai
menimbulkan konsekuensi yang
merusak, pungkasnya. [vin/ast]

1 comment:

aarongrey112 said...

Hi, Nice site I enjoyed reading it. Thanks for sharing. Would it be possible if I contact you through your email? Please email me back. Thanks!

Aaron Grey
aarongrey112 at gmail.com